Parapat-Intainew.com | Kondisi Kota Parapat sebagai daerah tujan atau destinasi wisata prioritas kelas dunia, dari tahun ke tahun sepertinya tak menunjukkan hasil memuaskan dari sisi kebersihan.
Niat hati untuk perbaikan Danau Toba menuju destinasi wisata kelas dunia, sepenuhnya tak berjalan mulus. Masyarakat dari unsur tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, aparatur pemerintah, dan pelaku industri pariwisata itu sendiri sepertinya tidak ada kesepakatan untuk secara bersama-sama berdiskusi untuk membenahi.
Saat ini akses transportasi udara lewat Bandara Silangit sudah memadai, dan beberapa tahun ke depan jalan Tol Medan-Parapat akan berfungsi sehingga mempercepat jarak tempuh.
Namun percepatan pembangunan proyek strategis nasional yang digagas oleh Pemerintah Pusat tidak disikapi dengan baik oleh Pemkab Simalungun, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sebagai pintu utama pariwisata yang terlebih dulu ada dan menjadi pesohor.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun sendiri merupakan 1 dari 8 kabupaten yang mendapat anugerah dan manfaat indahnya alam Danau Toba.
Sikap setengah hati itu ditunjukkan oleh Pemerintah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, terpantau di beberapa titik Jalan Pora-Pora, tumpukan sampah menggunung menimbulkan aroma yang tak sedap, serta merusak pemandangan.
Pada Minggu (2/2/2025), tak terlihat sama sekali petugas kebersihan. Namun memasuki area mes milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) terlihat bersih, artinya di kawasan ini petugas kebersihan tanggap dan peduli.

Soal kebersihan yang tampak secara kasat mata saja pihak Pemkab Simalungun dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tidak peduli, bagaimana pula dengan soal limbah cair dari rumah warga dan penginapan?. Haruskah danau indah itu mengalami pencemaran?.
“Kami secara rutin membayar uang kebersihan. Soal siapa yang mengelola apakah dari kabupaten, kecamatan, atau kelurahan, itu kami tidak mengetahui pak,” ucap pria pelaku industri pariwisata, staf sebuah hotel berpenampilan rapi yang tak ingin jatidirinya diungkap saat dimintai tanggapan.
Setali tiga uang, pemilik sarana transportasi bus pariwisata di Medan bernama Ricky (38) saat dimintai tanggapan soal kebersihan, sesama travel dia cuma bisa mengingatkan kepada penumpang untuk tidak membuang sampah sembarangan.

“Kami sesama travel saling mengingatkan kepada teman-teman agar tidak bosan menyampaikan kepada penumpang supaya jangan membuang sampah sembarangan, sampahnya harus dikumpul dikantongan plastik pak,” ungkap ayah dari 2 orang anak ini.
Pada akhirnya, memang sangat dibutuhkan kerjasama antarinstansi pemerintah, untuk menjadikan Kota Parapat lebih baik lagi dalam hal kebersihan. Sikap apatis dan masa bodoh terhadap kebersihan lingkungan tentunya akan merugikan masyarakat sekitar Kota Parapat itu sendiri. * Int-MY/r